Kota Yogyakarta memiliki sejarah yang kaya dalam industri cerutu, terutama menjadi tuan rumah bagi Taru Martani, yang diakui sebagai pabrik cerutu tertua di Asia Tenggara.

Sejak tahun 1918, Taru Martani telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kisah sejarah. Berlokasi di Jalan Magelang, pabrik ini didirikan oleh Adolphe Antoine Louis Marie Mignot, seorang warga Belanda yang memulainya.

Ruangan-ruangan di pabrik ini memamerkan lukisan, foto pendiri seperti Adolphe Antoine Louis Marie Mignot, serta potret tokoh-tokoh terkenal seperti Ernesto ‘Che’ Guevara dan pahlawan revolusi Kuba, menghadirkan sejarah yang tak ternilai.

Di belakang pabrik, para pegawai sibuk menjemur daun tembakau dan meracik cerutu secara manual. Aroma harum tembakau mengisi ruangan besar tempat cerutu yang sudah jadi, siap didistribusikan ke pasaran.

Awal Didirkan oleh Keturunan Belanda-Perancis

Dibangun oleh Adolphe Antoine Louis Marie Mignot, keturunan Belanda-Perancis, Taru Martani berkembang pesat. Adam Santosa, Kepala Divisi Produksi Taru Martani 1918, menceritakan perjalanan perusahaan dari Jalan Magelang ke Baciro, di mana Adolphe membeli tanah dan mendirikan N.V. Negresco pada 1921.

Era Penjajahan Jepang dan Transisi

Masa penjajahan Jepang membawa perubahan signifikan. N.V. Negresco direbut dan berganti nama menjadi Jawa Tobacco Kojo pada tahun 1942. Namun, setelah Sri Sultan Hamengku Buwono IX mengambil alih pada tahun 1945, pabrik diberi nama Taru Martani.

Transformasi di Masa Sultan HB IX

Taru Martani menjadi milik Sri Sultan Hamengku Buwono IX setelah peristiwa bom atom di Nagasaki dan Hiroshima pada tahun 1945. Dengan harapan memberikan kehidupan yang lebih baik bagi pekerja dan masyarakat sekitar DIY, pabrik ini diberi nama Taru Martani.

Kembali Bangkit

Meski mengalami tantangan, pada tahun 1961, pemerintah Indonesia dan Bank Industri Negara berkolaborasi untuk menghidupkan kembali Taru Martani. Kolaborasi dengan Douwe Egberts dari Belanda pada masa itu meningkatkan penjualan dan jumlah karyawan hingga mencapai 1.000 orang.

Kejayaan Tertinggi pada 1997

Puncak kejayaan Taru Martani terjadi pada tahun 1997. Meski melewati kepemilikan dan kerjasama yang berbeda, pabrik cerutu ini tetap menjadi bagian penting dari sejarah Yogyakarta dan tetap eksis sebagai saksi perjalanan waktu yang panjang.

No responses yet

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *